ads

Rabu, 29 April 2009

Pengalaman dengan Autisme



sebuah video yang merupakan presentasi tentang autisme yang disampaikan oleh seseorang dengan autisme. Profesor Temple Grandin. mendiskusikan pengobatan, permasalahan sensorik yang dia miliki dan bagaimana dia menanganinya.

Kamis, 12 Februari 2009

Tempur Gara-Gara Masa Kecil Kurang Bahagia*

Kill Odong-Odong

Meski tersekat dalam beda kategori, tapi semua anggota KAA-KBSK mengusung satu semboyan, “Kill Odong-odong” atau disingkat KO. Berdasarkan kepercayaan KAA-KBST, odong-odong adalah simbol penindasan. Sebab odong-odong telah mereduksi dunia anak-anak yang sangat kompleks ke dalam satu kereta mainan saja.

Seratus tahun lalu, sekitar tahun 2009an, manusia seusia anak-anak dikatakan telah kehilangan dunianya. Hal ini terlihat dari puluhan media elektronik yang begitu menghogemoni masyarakat, tak memberi ruang bagi anak-anak. Di tahun 2009 itu, sangat jarang TV yang menayangkan program untuk anak, seperti pemutaran lagu anak-anak sebagaimana terjadi pada kurun waktu 1990an.

Lagu-lagu bernuansa keceriaan, riang, gembira dan pendidikan hanya bias dinikmati melalui sound odong-odong (Semacam kereta mainan adabtasi dari komedi putar yang disederhanakan). Mungkin karena tak ada lagi produser yang mendukung produksi lagu anak, maka lagu-lagu yang diputar odong-odong pun terbatas pada lagu anak tempo dulu. Di antaranya adalah lagu-lagu yang pada era 1990an dinyanyikan oleh Joshua, Cikita Meidi, Agnes Monica, Dhea Ananda dan sebagainya, yang tahun 2009 telah berubah menjadi manusia dewasa. Tak jarang pula, odong-odong malah memutar musik dangdut atau pop dewasa.

Layar kaca TV 2009 hanya menyediakan film kartun dengan siaran terbatas atau di TV tertentu yang kurang bisa diakses anak-anak kebanyakan. Memang kala itu ada acara yang disediakan untuk anak semisal idola cilik. Tapi lagu-lagu yang dinyanyikan oleh bocah-bocah imut dalam program ini adalah lagu-lagu band atau artis dewasa yang bernafaskan cinta.

Kondisi ini terulang pada tahun 2153 M. Kata orang-orang pintar keadaannya sama persis dengan tahun 2009 M silam. Manusia usia anak-anak tak memunyai lagu-lagu dari dunianya sendiri. Itu terjadi akibat dari gerakan universalisme seni dan budaya yang dipelopori oleh budayawan kondang Ki Surogo Bolo-Bolo. Menurutnya, seni dan budaya itu universal. Seni dan budaya harus bisa dinikmati dan dinikmati semua kalangan. Baik tua ataupun muda, anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan perempuan dan seterusnya. Karenanya, menurut Ki Surogo Bolo-Bolo, kita tidak boleh mengkotak-kotakan antara film anak-anak dan film dewasa. Demikian halnya dengan musik, tak ada beda antara lagu anak-anak, remaja dan orang tua atau aki-aki.

30 tahun berlalu dari 2153 M, seorang mahasiswa Fakultas Budaya Internasional terkejut dan terkagum-kagum saat membaca buku yang berusia lebih dari seratus tahun. Buku itu tersimpan dalam sebuah kotak pensil dari bahan plastik, sebuah bahan yang telah dilarang pada era 2153 ini. Buku kuno itu merupakan diari seorang anak dari usia lima hingga 12 tahun yang ditulis oleh orang tuanya. Beserta buku itu, di kotak klasik itu terdapat sebuah flashdisc (semacam alat penyimpan data di zaman dahulu kala). Setelah melewati sebuah pembacaan ultracanggih, flashdisc tersebut bisa terbaca datanya. Di dalamnya terdapat sebuah video tentang petualanan Si Bolang. Semakin kagumlah mahasiswa yang belakangan mengaku bernama Ghulam itu. Ia tanpa sengaja menemukan barang antik itu ketika sedang iseng berjalan-jalan dan masuk ke dalam lorong-lorong air bawah tanah.

“Kala itu saya lagi BT, jadi iseng saja saya masuk ke dalam lobang yang menghubungkan pada lorong-lorong air bawah tanah. Kebetulan lobangnya terdapat pas di depan rumah saya. Dan pas saya coba buka, ternyata mudah. Jadi ya langsung masuk,” papar Ghulam pada UltraCanggih Magazine, satu-satunya majalah cetak yang masih ada saat ini.

Selanjutnya, Ghulam memelajari dan memahami isi buku dan flashdisc tersebut. Semakin ia pelajari, semakin timbul rasa iri terhadap kehidupan dan kebahagiaan anak-anak masa lalu yang penuh dengan warna-warni. Beda banget dengan zaman super ultra postmo. Di zaman ini, hidup manusia sejar orok sampai mati monoton satu tipe saja. Tak ada pernak-pernik permainan anak-anak. Menurut orang zaman ini, kehidupan anak-anak seratus tahun lalu yang penuh dengan permaninan itu nggak rasional. Buang-buang waktu. Ghulam pun merasa bahwa masa kecilnya kurang bahagia. Akhirnya ia berinesiatif membentuk sebuah kelompok bernama Komunitas Anak-Anak Kurang Bahagia Saat Kecil (KAA-KBSK).

Melalui media online yang sangat-sangat canggih, info keberadaan KAA-KBSK dalam sehari telah menyebar ke seluruh penjuru bumi. Tak heran jika hanya dalam waktu seminggu jutaan manusia mendaftarkan diri menjadi member. Mereka terdiri dari berbagai usia, kecuali anak-anak dan balita. Dibentuklah tiga kategori utama dalam KAA-KBSK, antara lain remaja, dewasa dan manula.

Meski tersekat dalam beda kategori, tapi semua anggota KAA-KBSK mengusung satu semboyan, “Kill Odong-odong” atau disingkat KO. Berdasarkan kepercayaan KAA-KBST, odong-odong adalah simbol penindasan. Sebab odong-odong telah mereduksi dunia anak-anak yang sangat kompleks ke dalam satu kereta mainan saja.

Di tengah keceriaan manusia tanpa dosa yang mengusai dunia, muncul dari kalangan orang-orang borjuis yang tak suka dengan KAA-KBSK. Bagi orang-orang borjuis itu, KAA-KBSK adalah komunitas katro, nggak rasional, noraks dan kampungan. Akhirnya lahirlah kelompok baru dari kalangan borjuis ini. Namanya Golongan Orang Pendukung Odong-odong (Gopong).

Berbeda dengan KAA-KBSK, Gopong justru punya doktrin bahwa manusia harus menderita. Karena hidup ini hanya sebentar, jangan disia-siakan dengan hura-hura. Cukup odong-odong sebagai hiburan kita.

Bermodal dukungan dana yang sangat kuat, Gopong menciptakan ribuan odong-odong yang disebarkan secara gratis keseluruh dunia. Balakangan diketahui, motif Gopong membagikan odong-odong adalah supaya orang non borjuis tak merebut lahan kebahagian yang mereka miliki. Menurut sumber yang dapat dipercaya, para Pimpinan Pusat Gopong sering berseru, “Biarkan mereka para kaum proletar (sebutan Gopong untuk orang-orang non borjuis) hanya bisa menikmati odong-odong saja.

Sejalan dengan terbentuknya Gopong, beriri pula kelompok-kelompok lain yang juga ingin menunjukkan eksistensi diri. Mereka di antaranya Barisan Remaja Bego (Bargo), merupakan kumpulan orang-orang termarjinalkan karena sering dianggap memiliki intelejensi rendah. Ada juga Aliansi Anak Culun Radikal (Ancur), Anak Narsis (Ansis) dan sebagainya.

Perkembangan selanjutnya, persaingan antar mereka terjadi sangat sengit. Sampai-sampai perpecahan mengancam penduduk bumi. Dan teknologi persenjataan masa ini, membuat masing-masing mereka kian kokoh serta membahayakan kelangsungan hidup di planet bumi dan planet mars (zaman ini udah ada manusia bumi yang transmigrasi ke planet mars).

Muncullah Surogalo yang mengaku sebagai reinkarnasi dari Sumanto. Kepada publik dunia ia mengklaim telah memiliki sepuluh ribu pengikut di tiap Negara di dunia. Surogalo gerah dengan permusuhan komunitas-komunitas yang ada. Surogalo dan para pengikutnya berjanji hendak memakan seluruh manusia. Disebuah stasion TV internasional, obsesi memakan semua anggota komunitas ini bertujuan agar kebahagian-kebahagiaan yang ditawarkan masing-masing kelompok terserap dalam tubuh dan teraplikasi. Sehingga mereka menjadi manusia super ultra sempurna.

Akan tetapi, niat Surogalo dan pasukannya tak membuahkan hasil yang diinginkan. Penyebabnya adalah, semua cerita ini hanyalah khayalan Jamal, mahasiswa Filsafat Universitas Negara Ciputat/UNC (dulu UIN Jakarta) yang sedang duduk minum kopi di tepi jalan lorong waktu menuju masa lalu. Bersama temannya, Jamal berhasil menciptakan mesin waktu yang bisa memindahkan manusia dari zaman ke zaman (Sebagaimana dibayangkan pada seratus tahun lalu. Ternyata yang berhasil membuat mesin waktu adalah mahasiswa filsafat UNC. Saat ini, Jamal dalam perjalanan menuju tahun 2005. Tapi ia kecapaian di tengah jalan. Akhirnya dia berniat istirahat sejenak sambil menghayal yang bukan-bukan.[MS. WIBOWO]


*Tulisan ini terinspirasi dari buku Black Intervew karya Andre Syahreza.

Jumat, 06 Februari 2009

Psikolog Professional yang Dekat?

Lekompress, Dunia Kieta - Kemarin Lekompress adain poling yang berkaitan dengan kata-kata di postingan perawatan kontroversial pada PTSD nah yang isi poling si belum banyak dan dikarenakan juga pengunjung blog ini juga tidak banyak jadi entah mau dikasih nilai deviasi berapa tuh poling, hehehe.

Polingnya berkaitan dengan masalah susah nggak sih nyari Psikolog Profesional di Daerah yang deket dengan rumah.. and dua orang ngejawab iya and satu orang bilang nggak. walau bagaimanapun juga.. sepertinya cukup menarik jika permasalahan ini ditanggapi. HIMPSI ngijinin nggak ya kalo buat ngumpulin data perdaerah.. minimal kantor dimana tempat psikolog itu bekerja. supaya orang gampang nemuinnya. kalo pengen bikin janji buat ngadain sesi konsultasi.

atau ada yang tau nggak dimana bisa dapetin itu semua biar bisa gw promosiin lagi disini.